clock

Selasa, 29 Januari 2013

pantun

kadang kadang cukup jangkal kalau di lemparkan ke telinga kita jaman sekarang ini. hehehe ... soalnya mana ada yang pake pantun sekarang sob. Tapi, kalau mau kamu bisa coba pantun berikt untuk menggombal cewek idaman siapa tau pdkt anda berhasil...

Pantun gombal terbaru

jalan-jalan ke kota cina
jangan lupa membeli duku
kalau kamu masih cinta
bilang aj m ku I Love You

bila kucing skit perut
tikus” mnari”
bila eneng msih cemberut
aku dag mau dtang kembali
bikin kue malah bentat

akhirnya bikin agar-agar
liat cewek berbaju ketat
mata ngantuk langsung segar
ada ramli niup lilin

lilin mati dimakan lele
meskipun sule dipukulin
yang penting awas ada sule
PRIKITIW HAHAI

buah lontar
juga semanggi
klo km pintar
blz pantun ini

Jalan-jalan k parangtritis
trus ketemu kaum nudis
ini adalah pantun romantis
khusus untuk kamu yang kudis

Teluk Bayur banyak ikan, penjual jamu berbaju batik
Dengan jujur kukatakan, kamu itu sungguh cantik

Jalan-jalan ke Pulau Samosir, pergi berlayar memanjakan mata
Hanya kepadamu aku naksir, maka kubawakan semilyar butiran cinta

Menyanyi cindai dengan lirih, selewat pagi buta terbitlah matahari
Menyusur pantai berpasir putih, dan cinta suci kita pun berlari

Beli sikat, beli buah-buahan. Kamu itu malaikat, titipan Tuhan.

Beli kain warna nya merah,dari kediri pake nya batik.Di godain jangan marah,Salah sendiri punya wajah cantik..

Jalan jalan ke maluku,jangan lupa beli duku. Kalau kamu cinta padaku, bilanglah I love You..

Kotak amal, di goyang-goyang. Kemarin aku di ramal, jodohnya sama abang.

Nangis-nangis, mobil kena srempet. Neng manis, mau dong dipepet.

Tunda lapar, makan indomi. Hati menggelepar, cintapun bersemi.

Nangkep kunang-kunang, dapet sepuluh. Aku senang, walau hanya bisa mencintaimu dari jauh.

Ada nanas, ditusuk-tusuk ahli nujum. Cuaca panas, langsung adem karna kamu tersenyum.

Lagi ngarsip, malahan ketumpahan lodeh. Dari pada sibuk gosip, kita jadian aja deh.

Pohon beringin kok berduri, Daun pepaya di buat jamu.Aku ingin jadi pencuri, supaya aku bisa mencuri hatimu..cihuiii..

Sepotong durian kunikmati, ketela kakao di bawah lemari.Tolong wahai pujaan hati, kurela walau hatiku kau bawa lari..

Badan pegel, muka lesu.My baby girl, I really need U.

Pake sepatu , naik kereta , Lo cuman ada satu , dan lo yang gue cinta.

Ambil uang dari saku, mau dibuat beli mainan. sayang peluklah aku, biar aku malam ini tak kedinginan.

Si nurlela jualan jamu. Dari pada nonton bola, mending nonton kamu.

Dibalik pintu , makan ikan , Kangen sama pacar orang itu , menyakitkan.

Akar kayu , diramu jamu, Cuman pengen kasi tau ,ak masi sayang sama kamu.

Bersin-bersin, enaknya makan sup anget. Jangan putusin, aku udah sayang banget.

Jadi orang berada, kadang berat. Kamu selalu ada, walaupun aku melarat.

Minum jamu, sambil twitteran. Disenyumin kamu, bikin aku gemeteran.

Latihan kayang, di atas meja makan. Senyummu sayang, sungguh menggetarkan.

Pacaran di tempat sepi, kepalanya ketimpa kedondong. Jangan cuma cium pipi, bibir juga dong.

Tiduran di tandu, di tengah dusun. Aku rindu, kapan dong di sun?

Paling benci, sama plagiat. Biarpun banci, neng tetep minat.

Jln2 Ke Kota Paris,Liat Kota Berbaris2.Biar Mati Di Ujung Keris,Asal Dpt Kmu Yg sungguh Maniszzz....

Buah salak baru dipetik,buah dukuh buah delima. Ada banyak wanita cantik,cuma kamu yg aku cinta.

simpang 5

GILO-GILO ? ...



Menyebut nama gilo-gilo, semua orang Semarang pasti tahu. Gerobak dorong yang berisi aneka penganan tradisional ini,dulu masih mudah dijumpai mangkal di kawasan Simpanglima,sekarang sudah pindah masuk ke kampung-2 setelah Simpang Lima dikeramik.
Gilo-gilo memang sudah menjadi ‘trade mark’ Kota Semarang. Meski dijajakan di pinggir jalan, bukan berarti gilo-gilo hanya diperuntukkan bagi warga kelas pinggiran. Hampir semua kalangan bisa larut dalam kesederhanaan aneka penganan yang disajikan pedagang gilo-gilo. Mulai tukang becak, buruh bangunan, mahasiswa, maupun pekerja kantoran.Selain lengkap, harganya juga merakyat.

Agak berbeda dengan sego/nasi kucing (nasi dengan porsi kecil,maaf seperti porsi untuk kucing) yang mendirikan tenda,gilo-gilo ini lebih muncul saat malam hari,berkeliling ke kampung-kampung.Juga gilo-gilo tidak menyediakan nasi dan minuman.

Keberadaan gilo-gilo sendiri tak bisa dipisahkan dari Kampung Kulitan dan Gandhekan. Di dua kampung inilah cikal bakal gilo-gilo tumbuh dan berkembang sejak 1960 silam. Saat itu pedagang gilo-gilo masih didominasi pendatang dari Klaten dan Sukoharjo yang bermukim di Kulitan dan Gandhekan. Dalam perkembangannya, orang asli Semarang juga ikut melebur menjadi pedagang gilo-gilo.



Kurang tahu artinya sebenarnya apa, tapi sepertinya (hanya asumsi saya jadi CMIIW) berasal dari kata “gi lho” yang merupakan transformasi dari “iki lho” yang artinye “ini lho”. Jadi penjualnya ingin membuktikan eksistensi diri bahwa “ini lho makanan dan jajanan yang anda cari”.

Apa saja yang dijual di gerobak gilo-gilo tsb ?


Seperti terlihat dari foto di atas, isi gerobak Gilo-gilo terdiri dari kue-kue tradisional dan buah-buahan.
Buahnya diantaranya : nanas, pepaya, bengkoang, melon, semangkan dan pisang.
Sedangkan makanan-makanannya : pisang goreng, singkong goreng, jadah goreng, bakwan, martabak pasar, bakwan, onde-onde, molen pisang, bolang-baling, tahu goreng, tahu isi, tahu petis, nagasari, sate kerang, sate telur puyuh, beberapa macam kerupuk dan masih ada yang lain.

Sumber :
- http://halosemarang.com/kuliner/gilo...emua-kalangan/
- http://maskurblog.wordpress.com/2010...gilo-semarang/
__________________
Semarang ... The purely Asia ... Let's Go to Semarang ...
edytoah no está en línea   Reply With Quote

Sponsored Links
Old January 10th, 2012, 03:07 AM   #442
BANNED

Join Date: Sep 2011
Location: Semarang
Posts: 226
Likes Received : 0

Quote:
Kanjeng Sunan Kuning

Konon, di suatu tempat, hidup seorang petani kaya bernama Saribin. Dia memiliki ratusan kerbau dengan kandang yang amat luas.

Pada suatu malam, seluruh kerbaunya hilang, tidak ada seorangpun yang bisa dimintai keterangan. Saribin berusaha mencari kerbau2nya ber hari2 bahkan ber minggu2. Tidak terasa, perjalanan Saribin sampai di perbukitan kembar yang dikenal dengan nama Widoro Kandang dan Widoro Kayangan. Pepohonan di kedua perbukitan tersebut tumbuh subur sehingga udara terasa sejuk dan nyaman.

Saribin melepaskan lelah, dia duduk di bawah sebatang pohon. Karena kelelahan dia pun tertidur. Dalam tidurnya, Saribin bermimpi didatangi seorang tua, berambut dan berjenggot putih serta berpakaian serba putih. Dengan suara ketuaannya dan ter patah2, orang tua itu berkata kepada Saribin,

"Le, Saribin, kamu tidak usah bersedih. Kerbau2mu tidak hilang. Sayalah yang mengambilnya. Sengaja saya pinjam untuk membersihkan rumput2 di tempat ini. Saya minta maaf. Apa yang saya lakukan itu menyusahkanmu. Sekarang bangunlah. Bawalah kerbau2 muitu!".

Begitu selesai berucap, orang tua itu pun lenyap, namun pada saat bersamaan datang angin cukup kencang dengan membawa aroma yang sangat harum.

Saribin terkejut, dan terbangun. Dia hampir tak percaya dengan apa yang disaksikannya. Seluruh Kerbau miliknya ada di depan matanya sekarang. Yang lebih mengherankannya lagi, udara di sekitarnya masih bearoma yang sangat harum seperti di mimpinya.

Digiringnya kerbau2 miliknya kembali pulang ke kandang. Tidak seperti saat dia berangkat, perjalanan pulangnya kini dirasakan sangat ringan dan cepat, terlebih lagi aroma harum itu masih saja menyertainya sampai Saribin masuk ke dalam rumahnya.

Sambil melepaskan lelah, Saribin merenungkan seluruh kejadian yang dialaminya. Ia berkeyakinan bahwa perbukitan tempat dia beristirahat itu ditempati makhluk ghoib.

Saribin akhirnya mengambil keputusan hendak bertapa di tempat itu. Ia pun kembali ke tempat itu dan di situlah kemuduan dia duduk bersila melepaskan semua keinginan keduniawiannya. Makan, minum dan tidur pun dia tinggalkan.

Saribin bertekad tidak akan meninggalkan tempat itu sebelum mendapatkan sesuatu yang melegakan hatinya. Hingga pada suatu malam, antara sadar dan tidak, datanglah di hadapannya orang tua yang dulu pernah menemuinya dalam mimpi. Wajahnya amat bersih, berjenggot putih dan berpakaian serba putih pula.

"Hai, Saribin, kerbau2 mu sudah kau temukan bukan?"

"Sudah, Mbah,"

"Nah, karena kerbau2mu sudah saya kembalikan, sekarang saya ingin meminta sesuatu kepadamu. Bagaimna? Sanggup kamu memenuhinya?"

"Akan saya usahakan untuk memenuhinya, Mbah."

"Bagus. Tempat yang kau gunakan untuk bertapa ini, dahulu pernah digunakan untuk beristirahat dan berunding tiga sunan yang terkenal di Pulau Jawa ini."

"Aduh, kalau begitu saya minta maaf, Mbah. Saya tidak tahu," kata Saribin dengan gemetar.

"Tidak apa-apa, Le. Ke tiga Sunan itu pertama Kanjeng Sunan Kuning atau Mangkurat Mas. Kedua, Kanjeng Sunan Kali atau Mangkurat Man. Ketiga, Kanjeng Sunan Ambarawa atau Syekh Maulana Maghribi Kendil Wesi.
Setiap sunan dikawal oleh seorang penasihat. Sunan Kuning dikawal oleh Kyai Sekabad. Sunan Kali dikawal oleh Kyai Jimat. Sunan Ambarawa dikawal oleh Kyai Majapahit.
Pada saat berunding itu, ketiga sunan duduk berjajar dari barat ke timur. Yang duduk paling barat adalah Sunan Kuning. Di tengah Sunan Kali dan yang timur Sunan Ambarawa. Merka duduk di atas batu.
Pesan saya, rawatlah baik2 tempat ini. Mudah2an Allah akan memberi kemudahan kepada engkau dan anak keturunanmu dalam mencari rezeki, le. Tetapi ingat, setelah cukup uangmu, bergegaslah engkau ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji."

Begitu selesai kalimat itu, hilang pulalah orang tua itu.
Sejak saat itu, Saribin merawat tempat tersebut dengan baik. Kehidupan Saribin semakin membaik, hasil pertaniannya melimpah, kerbau2 nya beranak pinak. Sesuai amanat yang diterimanya, Saribin pergi ke Tanah Suci.

Akhirnya, ke tiga petilasan itu dibuatkan pelindung (berupa rumah kecil) oleh Saribin. Pada hari2 tertentu, khusunya malam Jum'at kliwon, banyak penduduk sekitar yang datang berziarah ke tempat itu. Saribin kemudian dikenal sebagai juru kunci petilasan tersebut.

Sampai sekarang, ketiga petilasan itu masih ada. Tempat itu kini lebih dikenal dengan Sunan Kuning dan terletak di Wilayah Kecamatan Semarang Barat, Kelurahan Kalibanteng Kulon, lebih satu setengah kilometer dari Bandara Ahmad Yani.
sumber http://welcometosemarang.blogspot.co...an-kuning.html
reita.ryo2011 no está en línea   Reply With Quote
Old January 10th, 2012, 03:09 AM   #443
BANNED

Join Date: Sep 2011
Location: Semarang
Posts: 226
Likes Received : 0

Quote:
KISAH NYAI BANTENG WARENG (ASAL USUL KALI BANTENG)

Tersebutlah seorang janda sakti Nyai Banteng Wareng namanya. Dia bertempat tinggal di sebuah tepi sungai tidak jauh dari Laut Jawa. Tidak seorang pun tahu asal usul janda tersebut dan mengapa dia disebut Nyai Banteng Wareng.

Nyai Banteng Wareng tinggal di sebuah gubug yang amat sederhana bersama anak laki-laki satu-satunya. Tidak heran Nyai Banteng Wareng sangat menyayangi anaknya itu. Kemana dia pergi selalu di bawa serta.

Mata pencaharian utama Nyai Banteng Wareng adalah bertani. Semula, tanah di daerah itu tidak dapat di tanami karena terlalu banyak mengandung air garam. Tumbuhan apapun yang di tanam selalu mati.

Akan tetapi, berkat kesaktian Nyai Banteng Wareng, tanah di daerah itu menjadi sangat subur. Sekarang, justru sebaliknya apa pun yang ditanam di daerah itu pasti hidup. Oleh karena itulah, Nyai Banteng Wareng bersma anaknya tidak pernah kekurangan makan. Hasil kebunya berlimpah, baik yang berupa umbi-umbian maupun sayur-sayuran.

Sesekali, Nyai Banteng Wareng pergi ke sungai untuk menangkap ikan. Tidak terlalu sulit mendapatkan tangkapan ikan yang banyak. Berbekal kesaktiannya, Nyai Banteng Wareng dapat mendapatkan ikan apa dan berapa banyak yang diinginkanya.

Anak laiki-laki Nyai Banteng Wareng tumbuh dengan sehat dan makin besar meskipun kulitnya tampak hitam, wajahnya sangat tampan, kasih sayang Nyai Banteng Wareng semakin bertambah.

Untuk menyenang-nyenangkan hati anaknya, sering pada pagi dan sore hari Nyai Banteng Wareng membawanya ke pantai. Di sana mereka menyaksikan indahnya pemandangan alam pagi dan sore ketika matahari terbit dan tenggelam. Sesekali, di biarkan pula oleh Nyai Banteng Wareng anak laki-lakinya mandi di laut. Nyai Banteng Wareng amat bahagia menyaksikan anak kesayangannya tampak gembira. Namun, di balik kegembiraannya itu timbul pula rasa khawatirnya. Oleh karena itu, Nyai Banteng Wareng tidak bosan-bosannya selalu berpesan agar anaknya berhati-hati.

Di sisi lain, kecintaan anaknya laki-laki Nyai Banteng Wareng terhadap laut makin hari makin bertambah. Hampir setiap hari dia pergi ke laut dan mandi-mandi di sana kadang-kadang sampai menjelang matahari terbenam dia baru pulang,

“ Kenapa sampai demikian sore, kamu baru pulang, Nak?” Tanya Nyai Banteng Wareng pada suatu ketika. “maaf ibu! Kebetulan ketika syaya akan pulang tadi, saya bertemu dengan seseorang.”

“Bertemu dengan seseorang ?” Tanya Nyai Banteng Wareng penuh keheranan.

“Betul ibu! Seorang laki-laki tua,berambut dan berjenggot putih. Dia mengajak saya ikut dengannya ?”

“Mengajakmu ikut dengannya ?” Tanya Nyai Banteng Wareng dengan penuh terkejut.

Malam itu, Nyai Banteng Wareng tidak dapat memejamkan mata sedikitpun. Dia bertanya-tanya, siapa gerangan orang tua yang di ceritakan anaknya itu. Seingat Nyai Banteng Wareng, selama ini dia tidak berhubungan atau berkenalan dengan siapa pun.

Sementara itu, anak laki-laki Nyai Banteng Wareng makin sering pergi ke laut dan selalu pulang menjelang matahari terbenam. Sudah lebih dari tiga kali dia ditemui kakek berambut dan bejenggot putih. Selalu si kakek mengajaknya ikut setiap kali mereka akan berpisah.

Nyai Banteng Wareng sangat khawatir akan keselamatan anak laki-lakinya. Pikirannya selalu di hantui oleh keajaiban-keajaiban yang diinginkannya .Oleh karena itu, dia selalu mengingatkan anak laki-lakinya setiap kali anak itu berangkat ke laut. “Ibu tidak usah khwatir, Bu. Saya sudah pandai berenang. Percayalah, tidak akan terjadi apa-apa atas diri saya.”

Demikianlah selalu jawaban anak laki-laki Nyai Banteng Wareng setiap kali diingatkan oleh ibunya . Semakin hari kekhawatiran Nyai Banteng Wareng makin memuncak.. Lebih-lebih setelah anak laki-lakinya bercerita bahwa si kakek berambut dan berjenggot putih itu selalu menemuinya dan mengajak serta.

Nyai Banteng Wareng akhirnya memutuskan untuk bersemedi , memohon pertolongan kepada Sang Maha kuasa agar tidak terjadi apa-apa atas diri anak laki-lakinya. Nyai Banteng Wareng sangat heran karena samapi pada hari kelima ia bersemedi tidak ada tanda-tanda permohonannya akan dikabulkan. Dia hampir putus asa. Namun, demi keselamatan anak laki-laki satu-satunya dia bertekat akan melanjutkan semedinya sampai yang diinginkan terkabul.

barulah pada hari ketujuh, jawaban itu di perlolehnya.

“Nyai Banteng Wareng,aku puji keteguhanmu dalam upaya mencapai cita-citamu.” Demikian suara itu tiba-tiba didengarnya tanpa diketahui sosok yang mengucapkanmya.

Belum hilang rasa heran dan takut Nyai Banteng Wareng, suara itu kembali terdengar.

Keluarlah kamu dari tempat tinggalmu ini. Pada sudut kiri gubugmu ini telah aku sediakan jangkar bertali untuk kau pakaikan pada anak laki-lakimu jika dia akan mandi di laut.

Menyertai hilangnya suara itu, terdengar di luar suara kepak burung yang besar meninggalkan gubug Nyai Banteng Wareng.

Dengan tergesa-gesa Nyai Banteng Wareng keluar memenuhi perintah yang di dengarnya tadi. Benar! Di tempat yang di sebutkan oleh suara tadi didapatinya sebuah jangkar yang bertalikan amat panjang. Tak terkirakan gembira hati Nyai Banteng Wareng. Dia bersyukur kepada yang Maha Kuasa karena telah di beri alat penyelamat untuk anak laki-lakinya.

Keesokan paginya, ketika Nyai Banteng Wareng hendak ke ladang dia temui anak laki-lakinya. Sambil menunjukan jangkar yang ada di tangannya, dia pun berkata kepada anak laki-lakinya.



“Nak, jika kau mau mandi nanti, ikatkanlah tali ini pada tubuhmu. Kemudian, letakkanlah jangkar ini di tanah.”

“Ah… mengapa harus susah-susah begitu, ibu ?”

“Untuk menjaga keselamatanmu, agar kau tidak terbawa arus.”

“Ibu tidak usah khawatir. Percayalah, tidak akan terjadi apa-apa atas diri saya. Saya sudah pandai berenang. Kemarin saya telah mencoba lebih ke tengah. Nyatanya, saya dapat kembali bukan ?”

Nyai Banteng Wareng tidak mau berdebat lebih panjang lagi dengan anak laki-lakinya. Sambil mengingatkan kembali agar anak laki-lakinya mau memakai jangkar yang disiapkannya, Nyai Banteng Wareng pergi ke lading.

Sepeninggalnya Nyai Banteng Wareng, anak laki-laki Nyai Banteng Wareng pun bersiap-siap ke laut. Jangkar yang di siapkan Nyai Banteng Wareng tidak di bawanya. Dia menggagap hal itu hanya merepotkannya. Dia yakin kemampuannya berenang mengatasi apapun yang akan terjadi.

Belum beberapa lama anak laki-laki Nyai Banteng Wareng berenang, mendadak terdengar suara gemuruh. Hujan datang amat derasnya. Ditingkahinya suara guntur menggelegar. Angin pun bertiup amat kencang. Air laut naik dan bergulung-gulung. Semua benda terseret tanpa sisa. Tidak terkecuali anak laki-laki Nyai Banteng Wareng.

Nyai Banteng Wareng berlari menuju pantai, tempat anak laki-lakinya biasa mandi-mandi. Malang, anak laki-lakinya tidak ditemukannya. Hanya, dari arah jauh terdengar suara, “ ibu…. maafkan saya. Saya melanggar nasihatmu ibu. Maafkan saya”

Nyai Banteng Wareng tercenung, sedih. Dia tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Dengan langkah guntai dan hati pilu , dia pun kembali ke gubugnya.

Kesedihan Nyai Banteng Wareng semakin hari semakin memuncak. Akhirnya, dia jatuh sakit dan meninggal di gubugnya yang sederhana di tepi sungai dekat laut jawa tersebut. Konon , tempat itulah yang sekarang di kenal bengan nama KALI BANTENG.

KALI BANTENG ( KALI = SUNGAI ), terletak di wilayah semarang barat. Di wilayah itulah lapangan udara Ahmad Yani kini berada.
SUMBER http://gamesmudah.blogspot.com/2009/...ng-wareng.html

Last edited by reita.ryo2011; January 10th, 2012 at 05:41 AM.
reita.ryo2011 no está en línea   Reply With Quote
Old January 10th, 2012, 05:55 AM   #444
Registered User

edytoah's Avatar

Join Date: Oct 2008
Location: Semarang
Posts: 1,101
Likes Received : 0

Quote:
Originally Posted by reita.ryo2011 View Post
Ada hubungannya dgn petilasan Sunan Kuning di http://www.skyscrapercity.com/showth...431947&page=15 ,ktnya petilasan ini ada di jalan Muradi.Ada juga orang-orang menyebut Sunan Kuning plesetan dari Sun Kun Eng ,dari orang Tionghoa yang mendirikan petilasan tsb .. ngak tahu bener apa ngak ..


Quote:
Originally Posted by reita.ryo2011 View Post
Nuwun Mas Ryo ... Ya Asal usul Kali Banteng ini sebagian Cerita Rakyat Semarang dari Buku Muatan lokal SD dulu terbitan Grasindo yang 2 jilid tsb.
__________________
Semarang ... The purely Asia ... Let's Go to Semarang ...

Last edited by edytoah; January 10th, 2012 at 06:00 AM. Reason: .
edytoah no está en línea   Reply With Quote
Old January 10th, 2012, 06:15 AM   #445
BANNED

Join Date: Sep 2011
Location: Semarang
Posts: 226
Likes Received : 0

Quote:
Originally Posted by edytoah View Post
Ada hubungannya dgn petilasan Sunan Kuning di http://www.skyscrapercity.com/showth...431947&page=15 ,ktnya petilasan ini ada di jalan Muradi.Ada juga orang-orang menyebut Sunan Kuning plesetan dari Sun Kun Eng ,dari orang Tionghoa yang mendirikan petilasan tsb .. ngak tahu bener apa ngak ..




Nuwun Mas Ryo ... Ya Asal usul Kali Banteng ini sebagian Cerita Rakyat Semarang dari Buku Muatan lokal SD dulu terbitan Grasindo yang 2 jilid tsb.
Kalau tentang kanjeng Sunan Kuning memang ada yang menyebut dari plesetan Sun Kun Eng / Sun Kun Ing. Tapi sampai saat ini belum terpecahkan. Masih simpang siur pak.

Asal usul kali banteng di buku Cerita Rakyat dari Semarang Jilid 2 pak. Yang jilid 1 susah carinya. saya punya hasil scan beberapa halaman dari buku jilid 2.
hal cover, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, hal belakang.
reita.ryo2011 no está en línea   Reply With Quote
Old January 10th, 2012, 05:00 PM   #446
Registered User

edytoah's Avatar

Join Date: Oct 2008
Location: Semarang
Posts: 1,101
Likes Received : 0

KUE Sentiling dari Koloniale Tentoonstelling ...

Apa sih Sentiling? Dari blog ini, Mlandhing mendapatkan gambaran bahwa jaman dahulu kala tahun 1914, Semarang pernah bikin expo tingkat dunia. Expo ini tercatat dalam list world expo, yang terbesar, yang pernah dilaksanakan pada dekade 1910-1920.

Expo itu bernama Koloniale Tentoonstelling atau dalam lidah jawa jadi Pasar Malem Sentiling. Halah, dasar lidah Jawa, nggampangke. Sejak saat itulah dikenal istilah Sentiling.

Expo ini konon menuai kontroversi, karena pernah disentil oleh Ki Hajar Dewantara dalam surat terbukanya Als Ik Netherlaand was.

Lepas dari kontroversi yang meliputinya, penyelenggaraan expo pada saat itu menunjukkan betapa pentingnya posisi kota Semarang sehingga ditunjuk sebagai tempat berlangsungnya pameran terbesar saat itu. Dan hingga saat ini event sebesar itu belum pernah terulang kembali di Indonesia… hhmm, hebat juga ya.

Lantas apa hubungannya dengan Sentiling sebagai kudapan? Rupanya pada saat itu kudapan berbahan baku singkong ini jadi salah satu buah tangan wajib, oleh-oleh dari Pasar Malam Sentiling. Jadilah makanan ini pun disebut Sentiling juga. Mau coba?



Ini resep kiriman Menik.

BAHAN:
1 kg singkong, parut, peras airnya
100 gr gula pasir
100 ml air kelapa
1/2 bks jeli merah (biasa rasa strawberry)
1/2 bks jeli kuning (biasa rasa jeruk/mangga)
1/2 bh kelapa agak muda, parut
1 sdt garam

CARA MEMBUAT:

Campur parutan kelapa dengan garam, kukus. Sisihkan.
Campur singkong parut yang telah diperas airnya dengan air kelapa dan gula pasir. Remas-remas hingga gula larut.
Bagi dua adonan singkong. Beri masing-masing dengan 1/2 bungkus jeli. Aduk hingga rata.
Siapkan loyang, alasi dengan daun pisang, padatkan adonan singkong di loyang terpisah. Kukus sekitar 30 menit.
Potong-potong sentiling sesuai selera. Gulingkan ke kelapa parut. Sajikan.

TIPS & TRIK:

Singkong biasa diperas dengan bantuan kain. Siapkan kain bersih, letakkan singkong parut dan peras.
Biasa, kelapa sebelum diparut dibersihkan dulu dari kulit arinya.
Kalau tidak menemukan jeli, gunakan saja agar-agar. Tapi gulanya ditambah 100 gr ya.
Penyajian Sentiling bisa saja sekedar ditaruh di piring. Tapi kalau mau, ditusuk dengan tusukan sate juga oke. Selang-seling saja warnanya. Seru.

Sumber : http://dapurmlandhing.dagdigdug.com/?s=expo
__________________
Semarang ... The purely Asia ... Let's Go to Semarang ...
edytoah no está en línea   Reply With Quote
Old January 10th, 2012, 05:27 PM   #447
Kiasu, R U ?

ssphila's Avatar

Join Date: Jan 2010
Posts: 7,506
Likes Received : 11

Super mantabbbbb ni tritnya.... kontribusi Om Edy & Mas Ryo ternyata sy org Semarang yg tdk banyak tau tentang Semarang
__________________


Semarang - Livable - Lovable


biasakan ...
» baca halaman 1
» lewatin yang gak penting


ssphila no está en línea   Reply With Quote
Old January 11th, 2012, 02:54 AM   #448
BANNED

Join Date: Sep 2011
Location: Semarang
Posts: 226
Likes Received : 0

@Pak Edy : gethuk pelangi pak nek ibukku ngarani . kerep nggawe soale, rasane enak, mengenyangkan, bahan bakune murah

@Om ssphila : hanya merefresh aja om, dulu kan pelajaran muatan lokal SD, pernah ada pelajaran tentang cerita rakyat semarang.
reita.ryo2011 no está en línea   Reply With Quote
Old January 11th, 2012, 03:56 AM   #449
Registered User

titus15's Avatar

Join Date: Jul 2007
Posts: 6,495
Likes Received : 8

Ada banyak juga sumber cerita rakyat Semarang. Menariknya setiap tempat seolah ada legendanya. ini agak beda dengan kota-kota kerajaan yang nama tempat kebanyakan berasal dari fungsi daerahnya atau penguasa daerah perdikan setempat, seperti di jogja ada daerah bernama bugisan, bausasran, kadipaten, magangan dll.

Dulu saya pernah punya buku karikatur Prof Totok Rusmanto, guru besar arsitektur Undip. Gambar2 kartunnya mewakili kondisi Semarang tahun 80an... seperti pernah ada reklame besar produk pasat gigi Signal di atas pasar Bulu. Katanya gara2 itu pasar bulu pernah disebut pasar Signal? Apa benar?? Ada juga WC umum Helikopter di sepanjang kaligarang. Bentuk bukunya lanskap, ukuran A5 seperti buku kartun Panji Koming atau Beni Mice...Ada yang masih punya bukunya?? Di rumah saya cari-cari bukunya nggak ketemu...
__________________
30k... lewat...
titus15 no está en línea   Reply With Quote
Old January 11th, 2012, 04:18 AM   #450
BANNED

Join Date: Sep 2011
Location: Semarang
Posts: 226
Likes Received : 0

wah. ndak punya pak.
reita.ryo2011 no está en línea   Reply With Quote
Old January 11th, 2012, 06:41 AM   #451
Registered User

edytoah's Avatar

Join Date: Oct 2008
Location: Semarang
Posts: 1,101
Likes Received : 0

Cerita dan Makam Ki Ageng Pandanaran di Mugas Semarang dan di Bayat,Klaten.

Ada 2 makam Ki Ageng Pandanaran,satu di Mugas Semarang,ada masjid juga yang dibangun oleh Almarhum Presiden Soeharto, satunya di Bukit Jabalkat,Desa Paseban,Kecamatan Bayat,Kabupaten Klaten.

Mana yang bener ya ? Anyway,mungkin agak susah menemukan mana yang benar tetapi semua menunjuk Ki Ageng Pandanaran yang sama yg merupakan Pendiri Kota Semarang.Memang yang di Klaten lebih bersifat cerita rakyat,yg di Semarang ada catatan silsilah trah dari Ki Ageng Pandanaran.

Sumber 1 : http://seputarsemarang.com/makam-ki-...ndanaran-10340

Makam Ki Ageng Pandanaran


Sumber foto : http://foto.detik.com/readfoto/2009/...1140191/708/3/

Ki Ageng Pandanaran (Ki Ageng Pandan Arang) adalah Adipati pertama Semarang dan tanggal diangkatnya beliau sebagai adipati dijadikan hari jadi Kota Semarang. Ki Ageng Pandanaran lantas dianggap sebagai pelopor berdirinya kota Semarang. Kota Semarang waktu itu merupakan salah satu pusat penyiaran agama Islam dan menjadi bagian dari Kerajaan Demak. Dengan adanya penyiaran agama Islam menarik orang untuk juga berdatangan baik untuk bermukim maupun berdagang di Semarang sehingga wilayah ini menjadi ramai.
Meskipun Ki ageng Pandanaran hidup dalam masa yang sama dengan para Wali Sanga, namun beliau tidak termasuk ke dalamnya. Beliau mendirikan Pesantren dan menyiarkan agama Islam di wilayan yang semakin subur itu. Disela-sela kesuburan itu terdapat pohon asam yang jarang ( bahasa Jawa : asem arang ) yang lantas wilayah itu diberi nama Semarang. Ki Ageng Pandanaran meninggal pada tahun 1496. Tempat ini banyak dikunjungi oleh peziarah terutama pada acara khol meninggalnya beliau. Makam Ki Ageng Pandanaran berada di Jl. Mugas Dalam II / 4 kelurahan Randusari Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
Yayasan Sosial Pandanaran Semarang:
Pengelola Masjid dan Makam Ki Ageng Pandanaran
Alamat Jalan Mugas Dalam II No 4 Semarang
Nomor telepon: 024 831 1915
-6.990952,110.416175


Sumber 2 : http://ceritarakyatnusantara.com/id/...eng-Pandanaran

Ki Ageng Pandanaran
Kabupaten Klaten - Jawa Tengah – Indonesia



Makam Ki Ageng Pandanaran di Bukit Jabalkat,Desa Paseban,Kecamatan Bayat,Kabupaten Klaten,Jawa Tengah

Diceritakan kembali oleh Samsuni.


Ki Ageng Pandanaran atau bernama asli Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sunan Bayat atau Sunan Tembayat adalah Bupati Kedua Semarang (kini Kota Semarang), Jawa, Tengah Indonesia. Selain sebagai kepala pemerintahan, ia juga dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam yang sakti. Bagaimana sepak terjang Ki Ageng Pandanaran menjalankan tugas-tugas pemerintahan sekaligus menyebarkan agama Islam ke masyarakat Jawa Tengah? Ikuti kisahnya dalam cerita Ki Ageng Pandanaran berikut!

****

Alkisah, sekitar abad ke-16 M., hiduplah seorang bupati yang bernama Pangeran Mangkubumi yang memerintah di daerah Semarang. Ia adalah putra dari Bupati Pertama Semarang Harya Madya Pandan. Sepeninggal ayahandanya, Pangeran Mangkubumi menggantikan kedudukan sang ayah sebagai Bupati Kedua Semarang dengan gelar Ki Ageng Pandanaran. Ia diangkat menjadi kepala pemerintahan Semarang pada tanggal 2 Mei 1547 M. atas hasil perundingan antara Sutan Hadiwijaya (penasehat Istana Demak) dengan Sunan Kalijaga.

Sebagai kepala pemerintahan, Ki Ageng Pandanaran melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh sang ayah. Di sela-sela kesibukannya mengurus tugas-tugas pemerintahan, ia juga giat mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan untuk membina rakyatnya. Kegiatan tersebut di antaranya mengadakan pengajian secara rutin, menyampaikan ceramah-ceramah melalui khotbah Jumat, serta mengembangkan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah. Dengan demikian, ia dianggap telah berhasil menjalankan tugas-tugas pemerintahan dengan baik dan patuh kepada ajaran-ajaran Islam seperti mendiang ayahnya, sehingga rakyatnya pun hidup makmur dan damai.

Namun, sifat manusia dapat saja berubah setiap saat. Demikian pula Ki Ageng Pandanaran sebagai seorang manusia. Keberhasilan yang telah dicapai membuatnya lupa diri. Sifatnya yang dulu baik tiba-tiba berubah menjadi congkak, sombong, dan kikir. Ia senang mengumpulkan harta untuk kemewahan. Kehidupan mewah itu pun membuatnya lalai terhadap tugas-tugasnya, baik sebagai kepala pemerintahan maupun pengembang agama Islam. Ia tidak pernah lagi memberikan pengajian dan ceramah kepada rakyatnya. Demikian pula, ia tidak pernah merawat pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah.

Mengetahui sikap dan perilaku Ki Ageng Pandanaran tersebut, Sunan Kalijaga segera memperingatkannya dengan cara menyamar sebagai penjual rumput. Dengan kecerdikannya, sang sunan menyisipkan nasehat-nasehat kepada sang bupati pada saat menawarkan rumputnya.

Suatu hari, datanglah Sunan Kalijaga ke kediaman Ki Ageng Pandanaran dengan mengenakan pakaian compang-camping layaknya seorang tukang rumput. Di sela-sela menawarkan rumputnya, sang sunan menasehati Ki Ageng Pandanaran agar tidak terbius oleh kemewahan dunia

“Maaf, Tuan! Sebaiknya Tuan segera kembali ke jalan yang benar dan diridhoi Allah SWT!” ujar Sunan Kalijaga yang menyamar sebagai penjual rumput.

“Hai, tukang rumput! Apa maksudmu menyuruhku kembali ke jalan yang benar? Memang kamu siapa, sudah berani menceramahiku?” tanya Ki Ageng Pandanaran dengan nada menggertak.

“Maaf, Tuan! Saya hanyalah penjual rumput yang miskin. Hamba melihat Tuan sudah terlalu jauh terlena dalam kebahagiaan dunia. Saya hanya ingin memperingatkan Tuan agar tidak melupakan kebahagiaan akhirat. Sebab, kebahagiaan yang abadi adalah kebahagiaan akhirat” ujar si penjual rumput.

Mendengar nasehat itu, Ki Ageng Pandanaran bukannya sadar, melainkan marah dan mengusir si penjual rumput itu. Meski demikian, si penjual rumput tidak bosan-bosannya selalu datang menasehatinya. Namun, setiap kali dinasehati, Ki Ageng Pandanaran tetap saja tidak menghiraukan nasehat itu. Khawatir perilaku penguasa daerah Semarang itu semakin menjadi-jadi, Sunan Kalijaga menunjukkan kesaktiannya.

“Wahai Bupati yang angkuh dan sombong! Ketahuilah, harta yang kamu miliki tidak ada artinya dibandingkan dengan harta yang aku miliki,” kata penjual rumput itu.

“Hai, tukang rumput! Kamu jangan mengada-ada! Buktikan kepadaku jika kamu memang orang kaya!” seru Ki Ageng Pandanaran.

Akhirnya, Sunan Kalijaga menunjukkan kesaktiannya dengan mencangkul sebidang tanah. Setiap bongkahan tanah yang dicangkulnya berubah menjadi emas. Ki Ageng Pandanaran sungguh heran menyaksikan kesaktian penjual rumput itu. Dalam hatinya berkata bahwa penjual rumput itu bukanlah orang sembarangan.

“Hai, penjual rumput! Siapa kamu sebenarnya” tanya Ki Ageng Pandanaran penasaran bercampur rasa cemas.
Akhirnya, penjual rumput itu menghapus penyamarannya. Betapa terkejutnya Ki Ageng Ki Ageng Pandanaran ketika mengetahui bahwa orang yang di hadapannya adalah Sunan Kalijaga. Ia pun segera bersujud seraya bertaubat.

“Maafkan, saya Sunan! Saya sangat menyesal atas semua kekhilafan saya selama ini. Jika Sunan tidak keberatan, izinkanlah saya berguru kepada Sunan!” pinta Ki Ageng Pandanaran.

“Baiklah, Ki Ageng! Jika kamu benar-benar mau bertaubat, saya bersedia menerimamu menjadi murdiku. Besok pagi-pagi, datanglah ke Gunung Jabalkat! Saya akan menunggumu di sana. Tapi ingat, jangan sekali-kali membawa harta benda sedikit pun!” ujar Sunan Kalijogo mengingatkan.

Dengan tekad kuat ingin belajar agama, Ki Ageng Pandanaran akhirnya menyerahkan jabatannya sebagai Bupati Semarang kepada adiknya. Setelah itu, ia bersama istrinya meninggalkan Semarang menuju Gunung Jabalkat. Namun, ia lupa mengingatkan istrinya untuk tidak membawa harta benda sedikit pun. Naluri sebagai seorang wanita, sang istri memasukkan seluruh perhiasan dan uang dinarnya ke dalam tongkat yang akan di bawanya.

Dalam perjalanan, sang istri selalu tertinggal jauh di belakang suaminya karena keberatan membawa tongkatnya yang berisi harta benda. Ki Ageng Pandanaran pun baru menyadari hal tersebut setelah mendengar istrinya berteriak meminta pertolongan.

“Kangmas, tulung! Wonten Tyang salah tiga” artinya “Kangmas, tolong! Ada tiga orang penyamun!”.

Mendengar teriakan itu, Ki Ageng Pandanaran segera berlari menolong istrinya. Begitu tiba di dekat istrinya, ia mendapati tiga orang penyamun sedang berusaha merebut tongkat istrinya. Dengan perasaan marah, ia menegur ketiga penyamun itu.

“Hai, manusia! Mengapa kamu nekad seperti kambing domba!” seru Ki Ageng Pandanaran melihat sikap kasar penyamun itu.

Seketika itu pula, wajah pemimpin penyamun yang bernama Sambangdalan berubah menjadi wajah domba. Rupanya, sejak direstui menjadi murid Sunan Kalijaga, Ki Ageng Pandanaran memiliki kesaktian yang tinggi. Ucapan yang keluar dari mulutnya menjadi sakti mandraguna. Melihat kesaktian itu, para penyamun tersebut menjadi ketakutan. Sambangdalan pun bertaubat dan meminta agar wajahnya dikembalikan seperti semula. Akhirnya, Ki Ageng Pandanaran pun memaafkan mereka. Meski demikian, wajah pemimpin penyamun itu tetap seperti domba dan kemudian menjadi pengikut Ki Ageng Pandanaran yang dikenal dengan nama Syekh Domba.

Setelah itu, Ki Ageng Pandanaran bersama sang istri melanjutkan perjalanan. Tak beberapa lama kemudian, tibalah mereka di Gunung Jabalkat. Kedatangan mereka disambut baik oleh Sunan Kalijaga. Sejak itulah, Ki Ageng Pandanaran berguru kepada Sunan Kalijaga.

Ki Ageng Pandanaran seorang murid yang cerdas dan rajin. Berkat kecerdesannya, ia ditugaskan untuk menyiarkan agama Islam di sekitar daerah tersebut. Ia pun mendirikan sebuah perguruan di Gunung Jabalkat. Ajaran Ki Ageng Pandanaran yang paling menonjol dikenal dengan istilah Patembayatan, yaitu kerukunan dan kegotongroyongan. Setiap orang yang datang untuk memeluk agama Islam harus mengucapkan Sahadat Tembayat. Berkat ajaran Patembayatan, ia juga berhasil mendirikan sebuah masjid di Bukit Gala.

Selain pengetahuan agama, Ki Ageng Pandanaran juga mengajarkan cara bercocok tanam dan cara bergaul dengan baik kepada penduduk sekitarnya. Setelah itu, ia pun menetap di Jabalkat hingga akhir hayatnya. Daerah Jabalkat dan sekitarnya sekarang dikenal dengan nama Tembayat atau Bayat. Itulah sebabnya ia diberi gelar Sunan Tembayat atau Sunan Bayat. Hingga kini, makam Ki Ageng Pandanaran dapat ditemukan di atas Bukit Cakrakembang di sebelah selatan bukit Jabalkat, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

***

Demikian cerita Ki Ageng Pandanaran dari daerah Klaten, Jawa Tengah, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori cerita sejarah yang mengandung pesan-pesan moral. Salah satunya adalah bahwa jangan sampai kemewahan duniawi membuat kita lupa diri seperti Ki Ageng Penandaran. Oleh karena sibuk mengejar kemewahan duniawi, akhirnya ia lupa pada kehidupan akhirat yang kekal. Namun, sejelek-jelek perbuatan seeorang, jika ia segera bertaubat, maka Tuhan akan mengampuni dan manusia pun akan memaafkannya. Berkat kesadarannya ingin cepat bertaubat, Ki Ageng Pandanaran direstui menjadi murid Sunan Kalijaga hingga akhirnya menjadi seorang sunan penyebar agama Islam di Jawa Tengah pada masa lalu dan terus dikenang hingga saat ini.

(Samsuni/sas/200/09-10)

------
Kredit Foto : http://www.promojateng-pemprovjateng.com
__________________
Semarang ... The purely Asia ... Let's Go to Semarang ...
edytoah no está en línea   Reply With Quote
Old January 11th, 2012, 06:45 AM   #452
Registered User

edytoah's Avatar

Join Date: Oct 2008
Location: Semarang
Posts: 1,101
Likes Received : 0

Quote:
Originally Posted by reita.ryo2011 View Post
@Pak Edy : gethuk pelangi pak nek ibukku ngarani . kerep nggawe soale, rasane enak, mengenyangkan, bahan bakune murah

@Om ssphila : hanya merefresh aja om, dulu kan pelajaran muatan lokal SD, pernah ada pelajaran tentang cerita rakyat semarang.
@ryo .. ada yang dibuat model sate sentiling juga Mas .. hehehe
Kalau ngak salah di halaman sebelumnya ada Mas Dochan apa siapa ya yang tanya tentang asal mula Srondol .. kira2 ada ngak Mas Ryo di buku cerita rakyat tsb tentang Srondol ?
Artinya apa ya Srondol apa maksudnya sama dengan srundul/serobot ..

@ssphila .. yang leb ya Om Google nich Mas ssphlla ...
__________________
Semarang ... The purely Asia ... Let's Go to Semarang ...
edytoah no está en línea   Reply With Quote
Old January 11th, 2012, 09:43 AM   #453
Yours to discover

Venantio's Avatar

Join Date: Nov 2007
Location: Toronto
Posts: 2,409
Likes Received : 5

Quote:
Originally Posted by edytoah View Post
Cerita dan Makam Ki Ageng Pandanaran di Mugas Semarang dan di Bayat,Klaten.

Ada 2 makam Ki Ageng Pandanaran,satu di Mugas Semarang,ada masjid juga yang dibangun oleh Almarhum Presiden Soeharto, satunya di Bukit Jabalkat,Desa Paseban,Kecamatan Bayat,Kabupaten Klaten.

Mana yang bener ya ? Anyway,mungkin agak susah menemukan mana yang benar tetapi semua menunjuk Ki Ageng Pandanaran yang sama yg merupakan Pendiri Kota Semarang.Memang yang di Klaten lebih bersifat cerita rakyat,yg di Semarang ada catatan silsilah trah dari Ki Ageng Pandanaran.

Sumber 1 : http://seputarsemarang.com/makam-ki-...ndanaran-10340

Makam Ki Ageng Pandanaran


Sumber foto : http://foto.detik.com/readfoto/2009/...1140191/708/3/

Ki Ageng Pandanaran (Ki Ageng Pandan Arang) adalah Adipati pertama Semarang dan tanggal diangkatnya beliau sebagai adipati dijadikan hari jadi Kota Semarang. Ki Ageng Pandanaran lantas dianggap sebagai pelopor berdirinya kota Semarang. Kota Semarang waktu itu merupakan salah satu pusat penyiaran agama Islam dan menjadi bagian dari Kerajaan Demak. Dengan adanya penyiaran agama Islam menarik orang untuk juga berdatangan baik untuk bermukim maupun berdagang di Semarang sehingga wilayah ini menjadi ramai.
Meskipun Ki ageng Pandanaran hidup dalam masa yang sama dengan para Wali Sanga, namun beliau tidak termasuk ke dalamnya. Beliau mendirikan Pesantren dan menyiarkan agama Islam di wilayan yang semakin subur itu. Disela-sela kesuburan itu terdapat pohon asam yang jarang ( bahasa Jawa : asem arang ) yang lantas wilayah itu diberi nama Semarang. Ki Ageng Pandanaran meninggal pada tahun 1496. Tempat ini banyak dikunjungi oleh peziarah terutama pada acara khol meninggalnya beliau. Makam Ki Ageng Pandanaran berada di Jl. Mugas Dalam II / 4 kelurahan Randusari Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
Yayasan Sosial Pandanaran Semarang:
Pengelola Masjid dan Makam Ki Ageng Pandanaran
Alamat Jalan Mugas Dalam II No 4 Semarang
Nomor telepon: 024 831 1915
-6.990952,110.416175


Sumber 2 : http://ceritarakyatnusantara.com/id/...eng-Pandanaran

Ki Ageng Pandanaran
Kabupaten Klaten - Jawa Tengah – Indonesia



Makam Ki Ageng Pandanaran di Bukit Jabalkat,Desa Paseban,Kecamatan Bayat,Kabupaten Klaten,Jawa Tengah

Diceritakan kembali oleh Samsuni.


Ki Ageng Pandanaran atau bernama asli Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sunan Bayat atau Sunan Tembayat adalah Bupati Kedua Semarang (kini Kota Semarang), Jawa, Tengah Indonesia. Selain sebagai kepala pemerintahan, ia juga dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam yang sakti. Bagaimana sepak terjang Ki Ageng Pandanaran menjalankan tugas-tugas pemerintahan sekaligus menyebarkan agama Islam ke masyarakat Jawa Tengah? Ikuti kisahnya dalam cerita Ki Ageng Pandanaran berikut!

****

Alkisah, sekitar abad ke-16 M., hiduplah seorang bupati yang bernama Pangeran Mangkubumi yang memerintah di daerah Semarang. Ia adalah putra dari Bupati Pertama Semarang Harya Madya Pandan. Sepeninggal ayahandanya, Pangeran Mangkubumi menggantikan kedudukan sang ayah sebagai Bupati Kedua Semarang dengan gelar Ki Ageng Pandanaran. Ia diangkat menjadi kepala pemerintahan Semarang pada tanggal 2 Mei 1547 M. atas hasil perundingan antara Sutan Hadiwijaya (penasehat Istana Demak) dengan Sunan Kalijaga.

Sebagai kepala pemerintahan, Ki Ageng Pandanaran melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh sang ayah. Di sela-sela kesibukannya mengurus tugas-tugas pemerintahan, ia juga giat mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan untuk membina rakyatnya. Kegiatan tersebut di antaranya mengadakan pengajian secara rutin, menyampaikan ceramah-ceramah melalui khotbah Jumat, serta mengembangkan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah. Dengan demikian, ia dianggap telah berhasil menjalankan tugas-tugas pemerintahan dengan baik dan patuh kepada ajaran-ajaran Islam seperti mendiang ayahnya, sehingga rakyatnya pun hidup makmur dan damai.

Namun, sifat manusia dapat saja berubah setiap saat. Demikian pula Ki Ageng Pandanaran sebagai seorang manusia. Keberhasilan yang telah dicapai membuatnya lupa diri. Sifatnya yang dulu baik tiba-tiba berubah menjadi congkak, sombong, dan kikir. Ia senang mengumpulkan harta untuk kemewahan. Kehidupan mewah itu pun membuatnya lalai terhadap tugas-tugasnya, baik sebagai kepala pemerintahan maupun pengembang agama Islam. Ia tidak pernah lagi memberikan pengajian dan ceramah kepada rakyatnya. Demikian pula, ia tidak pernah merawat pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah.

Mengetahui sikap dan perilaku Ki Ageng Pandanaran tersebut, Sunan Kalijaga segera memperingatkannya dengan cara menyamar sebagai penjual rumput. Dengan kecerdikannya, sang sunan menyisipkan nasehat-nasehat kepada sang bupati pada saat menawarkan rumputnya.

Suatu hari, datanglah Sunan Kalijaga ke kediaman Ki Ageng Pandanaran dengan mengenakan pakaian compang-camping layaknya seorang tukang rumput. Di sela-sela menawarkan rumputnya, sang sunan menasehati Ki Ageng Pandanaran agar tidak terbius oleh kemewahan dunia

“Maaf, Tuan! Sebaiknya Tuan segera kembali ke jalan yang benar dan diridhoi Allah SWT!” ujar Sunan Kalijaga yang menyamar sebagai penjual rumput.

“Hai, tukang rumput! Apa maksudmu menyuruhku kembali ke jalan yang benar? Memang kamu siapa, sudah berani menceramahiku?” tanya Ki Ageng Pandanaran dengan nada menggertak.

“Maaf, Tuan! Saya hanyalah penjual rumput yang miskin. Hamba melihat Tuan sudah terlalu jauh terlena dalam kebahagiaan dunia. Saya hanya ingin memperingatkan Tuan agar tidak melupakan kebahagiaan akhirat. Sebab, kebahagiaan yang abadi adalah kebahagiaan akhirat” ujar si penjual rumput.

Mendengar nasehat itu, Ki Ageng Pandanaran bukannya sadar, melainkan marah dan mengusir si penjual rumput itu. Meski demikian, si penjual rumput tidak bosan-bosannya selalu datang menasehatinya. Namun, setiap kali dinasehati, Ki Ageng Pandanaran tetap saja tidak menghiraukan nasehat itu. Khawatir perilaku penguasa daerah Semarang itu semakin menjadi-jadi, Sunan Kalijaga menunjukkan kesaktiannya.

“Wahai Bupati yang angkuh dan sombong! Ketahuilah, harta yang kamu miliki tidak ada artinya dibandingkan dengan harta yang aku miliki,” kata penjual rumput itu.

“Hai, tukang rumput! Kamu jangan mengada-ada! Buktikan kepadaku jika kamu memang orang kaya!” seru Ki Ageng Pandanaran.

Akhirnya, Sunan Kalijaga menunjukkan kesaktiannya dengan mencangkul sebidang tanah. Setiap bongkahan tanah yang dicangkulnya berubah menjadi emas. Ki Ageng Pandanaran sungguh heran menyaksikan kesaktian penjual rumput itu. Dalam hatinya berkata bahwa penjual rumput itu bukanlah orang sembarangan.

“Hai, penjual rumput! Siapa kamu sebenarnya” tanya Ki Ageng Pandanaran penasaran bercampur rasa cemas.
Akhirnya, penjual rumput itu menghapus penyamarannya. Betapa terkejutnya Ki Ageng Ki Ageng Pandanaran ketika mengetahui bahwa orang yang di hadapannya adalah Sunan Kalijaga. Ia pun segera bersujud seraya bertaubat.

“Maafkan, saya Sunan! Saya sangat menyesal atas semua kekhilafan saya selama ini. Jika Sunan tidak keberatan, izinkanlah saya berguru kepada Sunan!” pinta Ki Ageng Pandanaran.

“Baiklah, Ki Ageng! Jika kamu benar-benar mau bertaubat, saya bersedia menerimamu menjadi murdiku. Besok pagi-pagi, datanglah ke Gunung Jabalkat! Saya akan menunggumu di sana. Tapi ingat, jangan sekali-kali membawa harta benda sedikit pun!” ujar Sunan Kalijogo mengingatkan.

Dengan tekad kuat ingin belajar agama, Ki Ageng Pandanaran akhirnya menyerahkan jabatannya sebagai Bupati Semarang kepada adiknya. Setelah itu, ia bersama istrinya meninggalkan Semarang menuju Gunung Jabalkat. Namun, ia lupa mengingatkan istrinya untuk tidak membawa harta benda sedikit pun. Naluri sebagai seorang wanita, sang istri memasukkan seluruh perhiasan dan uang dinarnya ke dalam tongkat yang akan di bawanya.

Dalam perjalanan, sang istri selalu tertinggal jauh di belakang suaminya karena keberatan membawa tongkatnya yang berisi harta benda. Ki Ageng Pandanaran pun baru menyadari hal tersebut setelah mendengar istrinya berteriak meminta pertolongan.

“Kangmas, tulung! Wonten Tyang salah tiga” artinya “Kangmas, tolong! Ada tiga orang penyamun!”.

Mendengar teriakan itu, Ki Ageng Pandanaran segera berlari menolong istrinya. Begitu tiba di dekat istrinya, ia mendapati tiga orang penyamun sedang berusaha merebut tongkat istrinya. Dengan perasaan marah, ia menegur ketiga penyamun itu.

“Hai, manusia! Mengapa kamu nekad seperti kambing domba!” seru Ki Ageng Pandanaran melihat sikap kasar penyamun itu.

Seketika itu pula, wajah pemimpin penyamun yang bernama Sambangdalan berubah menjadi wajah domba. Rupanya, sejak direstui menjadi murid Sunan Kalijaga, Ki Ageng Pandanaran memiliki kesaktian yang tinggi. Ucapan yang keluar dari mulutnya menjadi sakti mandraguna. Melihat kesaktian itu, para penyamun tersebut menjadi ketakutan. Sambangdalan pun bertaubat dan meminta agar wajahnya dikembalikan seperti semula. Akhirnya, Ki Ageng Pandanaran pun memaafkan mereka. Meski demikian, wajah pemimpin penyamun itu tetap seperti domba dan kemudian menjadi pengikut Ki Ageng Pandanaran yang dikenal dengan nama Syekh Domba.

Setelah itu, Ki Ageng Pandanaran bersama sang istri melanjutkan perjalanan. Tak beberapa lama kemudian, tibalah mereka di Gunung Jabalkat. Kedatangan mereka disambut baik oleh Sunan Kalijaga. Sejak itulah, Ki Ageng Pandanaran berguru kepada Sunan Kalijaga.

Ki Ageng Pandanaran seorang murid yang cerdas dan rajin. Berkat kecerdesannya, ia ditugaskan untuk menyiarkan agama Islam di sekitar daerah tersebut. Ia pun mendirikan sebuah perguruan di Gunung Jabalkat. Ajaran Ki Ageng Pandanaran yang paling menonjol dikenal dengan istilah Patembayatan, yaitu kerukunan dan kegotongroyongan. Setiap orang yang datang untuk memeluk agama Islam harus mengucapkan Sahadat Tembayat. Berkat ajaran Patembayatan, ia juga berhasil mendirikan sebuah masjid di Bukit Gala.

Selain pengetahuan agama, Ki Ageng Pandanaran juga mengajarkan cara bercocok tanam dan cara bergaul dengan baik kepada penduduk sekitarnya. Setelah itu, ia pun menetap di Jabalkat hingga akhir hayatnya. Daerah Jabalkat dan sekitarnya sekarang dikenal dengan nama Tembayat atau Bayat. Itulah sebabnya ia diberi gelar Sunan Tembayat atau Sunan Bayat. Hingga kini, makam Ki Ageng Pandanaran dapat ditemukan di atas Bukit Cakrakembang di sebelah selatan bukit Jabalkat, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

***

Demikian cerita Ki Ageng Pandanaran dari daerah Klaten, Jawa Tengah, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori cerita sejarah yang mengandung pesan-pesan moral. Salah satunya adalah bahwa jangan sampai kemewahan duniawi membuat kita lupa diri seperti Ki Ageng Penandaran. Oleh karena sibuk mengejar kemewahan duniawi, akhirnya ia lupa pada kehidupan akhirat yang kekal. Namun, sejelek-jelek perbuatan seeorang, jika ia segera bertaubat, maka Tuhan akan mengampuni dan manusia pun akan memaafkannya. Berkat kesadarannya ingin cepat bertaubat, Ki Ageng Pandanaran direstui menjadi murid Sunan Kalijaga hingga akhirnya menjadi seorang sunan penyebar agama Islam di Jawa Tengah pada masa lalu dan terus dikenang hingga saat ini.

(Samsuni/sas/200/09-10)

------
Kredit Foto : http://www.promojateng-pemprovjateng.com
Asyik juga ya ceritanya... Tapi menurut saya sih, kisah itu kisah sejarah yang untuk keperluan penyampaian pesan moral sudah banyak disisipi kisah yang mistis...
Venantio no está en línea   Reply With Quote
Old January 11th, 2012, 06:35 PM   #454
Registered User

edytoah's Avatar

Join Date: Oct 2008
Location: Semarang
Posts: 1,101
Likes Received : 0


Ya cerita rakyat (folk tales) memang dari pembicaraan rakyat setempat turun temurun,cuma dalam siar agama/moral hal-hal mistis (diluar logika) kita menyebut sebagai Mujijat dari Sang Maha Kuasa.

Dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pandan_Arang ,ternyata makam Ki Ageng Pandanaran I memang ada di Mugas Semarang.Ki Ageng Pandanaran I sebetulnya bernama Ki Pandan Arang merupakan Bupati I Semarang dan pendiri Semarang.
Sedangkan makam di Bayat Klaten adalah makam Ki Ageng Pandanaran II atau disebut Sunan Bayat adalah anak Ki Ageng Pandanaran I yang pernah menjadi Bupati II di Semarang setelah Ki Ageng Pandanaran I.
__________________
Semarang ... The purely Asia ... Let's Go to Semarang ...
edytoah no está en línea   Reply With Quote
Old January 11th, 2012, 06:56 PM   #455
Yours to discover

Venantio's Avatar

Join Date: Nov 2007
Location: Toronto
Posts: 2,409
Likes Received : 5

Quote:
Originally Posted by edytoah View Post

Ya cerita rakyat (folk tales) memang dari pembicaraan rakyat setempat turun temurun,cuma dalam siar agama/moral hal-hal mistis (diluar logika) kita menyebut sebagai Mujijat dari Sang Maha Kuasa.
Betul, tapi maksud saya kisah mistis yang kebenarannya bisa diragukan atau dengan kata lain, mungkin saja tidak terjadi demikian... Kemungkinan besar itu hanya kiasan, bukan kejadian sebenarnya..

Tapi baca-baca kisah sepeti ini memang "nyenengke ati.." dan bikin adem... Thank you mas edy...
Venantio no está en línea   Reply With Quote
Old January 11th, 2012, 07:13 PM   #456
Kodam IV/Diponegoro

damarsinyo's Avatar

Join Date: Sep 2011
Location: SMG-PKU-JKT
Posts: 10,192
Likes Received : 32

Quote:
Originally Posted by edytoah View Post
GILO-GILO ? ...



Menyebut nama gilo-gilo, semua orang Semarang pasti tahu. Gerobak dorong yang berisi aneka penganan tradisional ini,dulu masih mudah dijumpai mangkal di kawasan Simpanglima,sekarang sudah pindah masuk ke kampung-2 setelah Simpang Lima dikeramik.
Gilo-gilo memang sudah menjadi ‘trade mark’ Kota Semarang. Meski dijajakan di pinggir jalan, bukan berarti gilo-gilo hanya diperuntukkan bagi warga kelas pinggiran. Hampir semua kalangan bisa larut dalam kesederhanaan aneka penganan yang disajikan pedagang gilo-gilo. Mulai tukang becak, buruh bangunan, mahasiswa, maupun pekerja kantoran.Selain lengkap, harganya juga merakyat.

Agak berbeda dengan sego/nasi kucing (nasi dengan porsi kecil,maaf seperti porsi untuk kucing) yang mendirikan tenda,gilo-gilo ini lebih muncul saat malam hari,berkeliling ke kampung-kampung.Juga gilo-gilo tidak menyediakan nasi dan minuman.

Keberadaan gilo-gilo sendiri tak bisa dipisahkan dari Kampung Kulitan dan Gandhekan. Di dua kampung inilah cikal bakal gilo-gilo tumbuh dan berkembang sejak 1960 silam. Saat itu pedagang gilo-gilo masih didominasi pendatang dari Klaten dan Sukoharjo yang bermukim di Kulitan dan Gandhekan. Dalam perkembangannya, orang asli Semarang juga ikut melebur menjadi pedagang gilo-gilo.



Kurang tahu artinya sebenarnya apa, tapi sepertinya (hanya asumsi saya jadi CMIIW) berasal dari kata “gi lho” yang merupakan transformasi dari “iki lho” yang artinye “ini lho”. Jadi penjualnya ingin membuktikan eksistensi diri bahwa “ini lho makanan dan jajanan yang anda cari”.

Apa saja yang dijual di gerobak gilo-gilo tsb ?


Seperti terlihat dari foto di atas, isi gerobak Gilo-gilo terdiri dari kue-kue tradisional dan buah-buahan.
Buahnya diantaranya : nanas, pepaya, bengkoang, melon, semangkan dan pisang.
Sedangkan makanan-makanannya : pisang goreng, singkong goreng, jadah goreng, bakwan, martabak pasar, bakwan, onde-onde, molen pisang, bolang-baling, tahu goreng, tahu isi, tahu petis, nagasari, sate kerang, sate telur puyuh, beberapa macam kerupuk dan masih ada yang lain.

Sumber :
- http://halosemarang.com/kuliner/gilo...emua-kalangan/
- http://maskurblog.wordpress.com/2010...gilo-semarang/
baca artikel ini jadi kangen jajan gilo2 pas jamane kuliah........
malem2 tongkrongan dipertigaan rame2 ngadep gilo2.....
__________________
cukup tau saja.
damarsinyo no está en línea   Reply With Quote
Old January 11th, 2012, 08:11 PM   #457
Registered User

edytoah's Avatar

Join Date: Oct 2008
Location: Semarang
Posts: 1,101
Likes Received : 0

Quote:
Originally Posted by edytoah View Post
Ada hubungannya dgn petilasan Sunan Kuning di http://www.skyscrapercity.com/showth...431947&page=15 ,ktnya petilasan ini ada di jalan Muradi.Ada juga orang-orang menyebut Sunan Kuning plesetan dari Sun Kun Eng ,dari orang Tionghoa yang mendirikan petilasan tsb .. ngak tahu bener apa ngak ..




Nuwun Mas Ryo ... Ya Asal usul Kali Banteng ini sebagian Cerita Rakyat Semarang dari Buku Muatan lokal SD dulu terbitan Grasindo yang 2 jilid tsb.
Tambahan tentang Petilasan Sunan Kuning di Semarang tsb,untuk pelurusan dan supaya jelas bahwa petilasan tsb ternyata bukan makam Sunan Kuning sesungguhnya.

Sunan Kuning sebetulnya adalah Mas Gerandi atau Amangkurat V (cucu dari Amangkurat III).Disebut Sunan Kuning karena beliau memimpin pemberontakan orang Tionghoa Kartasura (Istana Mataram saat itu ada di Kartasuro) yang puncaknya terjadi pada tanggal 30 Juni 1742 untuk menuntut keadilan dan kebenaran atas harkat dan martabat orang orang Tionghoa dan rakyat Mataram, yang ketika itu tertindas oleh Kumpeni Belanda (VOC) dan Rajanya sendiri Pakubuwono II di Kartasura.

Ikut berjuang pada saat itu bersama Sunan Kuning adalah Mangkunegara I atau Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa alias Raden Mas Said.RM Said saat itu baru berumur 19 tahun.
RM Said sebagai panglima perang Sunan Kuning .Sejak Pasukan Cina mengepung kartasura pada awal 1741, para bangsawan mulai meninggalkan Kraton Kartasura. RM Said membangun pertahanan di Randulawang, sebelah utara Surakarta, Ia bergabung dengan laskar Sunan Kuning melawan VOC. RM Said diangkat sebagai panglima perang bergelar Pangeran Perang Wedana Pamot Besur.
Paska Pakubuwono II kembali berkuasa lagi,kemudian RM Said atau Mangkunegoro ini kemudian bergabung dengan Pangeran Mangkubumi (Hamengku Buwono I ) untuk melawan VOC. Pangeran Mangkubumi merupakan putra Amangkurat IV raja Kasunanan Kartasura yang lahir dari selir bernama Mas Ayu Tejawati.
RM Said atau Mangkunegara dalam usia 22 tahun, dinikahkan u dengan Raden Ayu Inten, Puteri Mangkubumi. Sejak saat itulah RM Said memakai gelar Pangeran Adipati Mangkunegara Senopati Panoto Baris Lelono Adikareng Noto.

Paku Buwono II saat pemberontakan tsb lari ke Ponorogo,dan Mas Garendi dinobatkan oleh rakyat sebagai Amangkurat V.
Namun akhirnya Paku Buwono II, meminta bantuan kepada VOC agar dapat kembali berkuasa, dengan dalih bantuan ini VOC dapat memperluas kekuasaannya hampir seluruh wilayah Jawa.Berkat bantuan Belanda, pasukan Cina diusir dari Istana Kartasura, enam bulan kemudian, Paku Buwono II kembali ke Kartasura mendapatkan istananya rusak. Ia memindahkan Istana Mataram ke Solo (Surakarta).

Kebijakan raja Pakubuwono II ini meminta bantuan asing itu, ternyata harus dibayar mahal. Wilayah pantai utara mulai Rembang, Jawa Tengah termasuk Semarang yang waktu itu sudah jadi Benteng VOC, hingga Pasuruan, Surabaya dan Madura di Jawa Timur harus diserahkan kepada VOC secara penuh.
Sebelumnya Kartasura pada masa pemerintahan Amangkurat II sudah berhutang kepada VOC 2,5juta Gulden untuk biaya perang membasmi Trunajaya.Kesalahan Amangkurat II diulang oleh Pakubuwono II.

Dengan pasukan yang cukup besar, Paku Buwono II dibantu oleh VOC dan Madura, melawan pasukan Sunan Kuning atau Amangkurat V yang didukung orang-orang Tionghoa di Kartasura akhirnya dapat dikalahkan dan kemudian Sunan Kuning ditangkap dan dibuang ke Sri Langka oleh VOC.Jadi makam Sunan Kuning pastinya di Srilangka bukan di Semarang di jl Muradi tsb.Juga makam Sunan Kuning ada di Tulung Agung seperti dari sumber lainnya di cerita petilasan Sunan Kuning sebelumnya.Karena asumsi Amangkurat V dibuang ke Srilangka, dan tidak ada catatan lagi beliau kembali.


Dalam cerita petilasan Sunan Kuning di Semarang tersebut,terjadinya karena makam tersebut ditemukan dari seseorang yang kehilangan ternak yaitu Mbah Saribin.Dalam mimpinya ditemui Sunan Kuning dan akan menemukan ternaknya di sebuah makam.Akhirnya menyimpulkan dan terjadi cerita bahwa makam tsb adalah makam Sunan Kuning.
Dalam hal ini cerita rakyat tentang Sunan Kuning sangat berbau mistis sampai ada seorang Nyonya Tionghoa Ny. Siek Sing Kang dari Klaten kehilangan emas berliannya,setelah melakukan tirakat di makam tsb, terkabul doanya, pencuri emas berliannya ditangkap oleh polisi.Kemudian petilasan tsb dibangun bagus dengan model tugu ornamen Tionghoa dan masyarakat sudah menganggap bahwa petilasan tersebut adalah makan Sunan Kuning.

Sumber :
- http://mataramislam.wordpress.com/20...25/amangkurat/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Mangkunegara_I
- http://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_I
- http://id.wikipedia.org/wiki/Amangkurat_II
__________________
Semarang ... The purely Asia ... Let's Go to Semarang ...

Last edited by edytoah; January 13th, 2012 at 05:48 AM. Reason: .
edytoah no está en línea   Reply With Quote
Old January 12th, 2012, 02:51 AM   #458
BANNED

Join Date: Sep 2011
Location: Semarang
Posts: 226
Likes Received : 0

bener pak edy. dulu pernah dikasih tahu , kata almarhum mbah saya juga itu bukan makam sunan kuning.
reita.ryo2011 no está en línea   Reply With Quote
Old January 17th, 2012, 08:48 AM   #459
Kuli Proyek

semarangcitizen's Avatar

Join Date: Jan 2012
Location: Semarang
Posts: 2,893
Likes Received : 7



sumber http://1.bp.blogspot.com/_87kOxpPvNi...poe+doeloe.jpg


Jl. Pandanaran tahun 1980
sumber http://1.bp.blogspot.com/_Y8-VHmBOJR...N+THN+1980.jpg
__________________
I ♥ Semarang
Never Ending Harmony - Semarang
Feel The Differences and Enjoy
s